Potret Tempoe Doeloe Dojo Naga Hitam Yang Telah Banyak Menoreh Prestasi di Event Kejuaraan Karate era tahun 2000




GOKASI BABEL NEWS

Rabu, 26 Oktober 2022


INILAH POETRET TEMPOE DOELOE DOJO NAGA HITAM SDN 399 DESA KACE, BANGKA

Pernah Mengukir Prestasi Gemilang di Ajang Kejuaraan Karate

Masih segar dalam ingatan para karateka senior GOKASI Babel tentang masa-masa awal berdirinya berbagai dojo di seluruh penjuru Pulau Bangka. Salah satu dojo yang meninggalkan jejak kuat dalam sejarah perjalanan karate di Bangka Belitung adalah Dojo Naga Hitam, yang dahulu berlokasi di SDN 399 Desa Kace, Kabupaten Bangka, yang sekarang dikenal dengan nama SDN 21 Desa Kace.

Dojo ini merupakan salah satu dojo yang berdiri di era tahun 2000, tidak lama setelah GOKASI Babel resmi dibentuk pada Mei tahun yang sama. Semangat untuk memperluas pengajaran karate dan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan di kalangan generasi muda Bangka menjadi dorongan kuat bagi Shihan Rachmat untuk terus membuka dojo-dojo baru di berbagai daerah.

Dengan kegigihan dan tekad yang luar biasa, Shihan Rachmat menjadi pelopor pembentukan Dojo Naga Hitam di pertengahan tahun 2000. Lokasinya yang strategis di samping lapangan bola Desa Kace membuat dojo ini menjadi tempat yang ramai dan penuh semangat. Setiap sore, suara teriakan “OSS” menggema di udara desa yang tenang, menandakan semangat para karateka muda yang tengah berlatih keras di bawah bimbingan sang pelatih.

Menurut penuturan Pak Humas GOKASI Babel, dojo ini menjadi salah satu tempat latihan yang paling berkesan. Ia sering diajak langsung oleh Shihan Rachmat untuk membantu melatih para murid di sana. Setiap kali menuju ke dojo ini, Shihan Rachmat selalu menjemput Pak Humas dengan sepeda motor di sore hari. Perjalanan menuju Desa Kace menjadi rutinitas penuh makna, bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dalam menebarkan semangat karate di tanah Bangka.

“Setiap sore kami berangkat, kadang hujan, kadang panas. Tapi semangat tidak pernah padam. Para murid di Dojo Naga Hitam luar biasa disiplin dan bersemangat,” kenang Pak Humas dengan senyum penuh nostalgia.

Dojo ini memang menjadi salah satu dojo yang mencetak banyak karateka hebat di masanya. Banyak di antara murid-muridnya yang berhasil menorehkan prestasi membanggakan dalam berbagai ajang kejuaraan karate, baik di tingkat daerah maupun nasional. Dari dojo sederhana yang beralaskan semen dan beratap seng itu, lahirlah para juara yang membawa nama Bangka dan GOKASI Babel ke panggung kehormatan.

Pak Humas masih mengingat beberapa nama yang pernah menjadi bagian dari dojo legendaris ini. Di antaranya Arpan Pradana, yang kini telah menjadi pelatih karate dan terus meneruskan semangat perjuangan gurunya. Lalu ada Anjas, yang kini sudah berkeluarga dan berprofesi sebagai pedagang sayur mayur di pasar, namun semangat karate tetap melekat dalam dirinya.

Ada juga Romiwati, yang kini menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus pebisnis sukses. Menariknya, kedua anaknya pun mengikuti jejak sang ibu menjadi karateka, bahkan sering menjuarai berbagai kejuaraan. Salah satu anaknya, Abdul, dikenal sebagai atlet karate yang berprestasi.

Nama lain yang tak kalah dikenang adalah Yoga Desputra, yang kini bertugas sebagai anggota BASARNAS, profesi yang juga menuntut kedisiplinan, ketegasan, dan ketenangan, nilai-nilai yang sangat dekat dengan jiwa karate. Kemudian ada Susilawati dan Al Yuraita, keduanya kini menjadi ibu rumah tangga yang tetap aktif dan sukses dalam bidang masing-masing. Al Yuraita bahkan kini bekerja sebagai tenaga Tata Usaha di MAN 1 Pangkalpinang.

Selain itu, ada juga nama Aslika Fatnanda, yang kini telah berpulang ke rahmatullah. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai sosok karateka yang rajin dan berbakat. Ada pula Juraidah, Bangka Roni, Mega, Maymunah, dan banyak nama lain yang sempat menghiasi perjalanan dojo ini. Pak Humas mengakui bahwa tidak semua nama bisa ia sebut satu per satu karena begitu banyak murid yang pernah berlatih di sana. Namun, setiap nama dan wajah mereka tetap hidup dalam kenangan.

Setelah beberapa tahun berjalan, Shihan Rachmat kemudian mempercayakan kepemimpinan dojo ini kepada Senpai Syarius dan Senpai Deky. Di bawah kepemimpinan mereka, dojo ini kemudian berubah nama menjadi Dojo Naga Hitam. Nama ini mencerminkan kekuatan, keteguhan, dan semangat pantang menyerah para karateka yang berlatih di sana.

Menariknya, sebelum mengelola Dojo Naga Hitam, Senpai Deky juga sudah lebih dulu mendirikan Dojo Naga Perak di SDN 16 Pangkalpinang dan Dojo Naga Center di Kelurahan Melintang. Dua dojo tersebut menjadi cikal bakal penyebaran semangat naga di kalangan karateka GOKASI Babel, simbol keberanian dan kebijaksanaan dalam menghadapi setiap tantangan.

Dengan berdirinya Dojo Naga Hitam, untuk pertama kalinya karate benar-benar hadir dan berkembang di Desa Kace. Anak-anak muda di desa itu mendapatkan kesempatan untuk mengenal dan mempelajari seni bela diri yang tidak hanya mengajarkan teknik bertarung, tetapi juga membentuk karakter, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab.

Dojo ini menjadi tempat tumbuhnya generasi yang kuat, baik secara fisik maupun mental. Setiap latihan dimulai dengan salam hormat kepada guru, dilanjutkan dengan pemanasan, teknik dasar, hingga latihan kumite (pertarungan). Keringat bercucuran, teriakan semangat menggema, dan suasana kebersamaan terasa begitu kental.

Seiring waktu, dojo ini menorehkan banyak prestasi di berbagai ajang kejuaraan karate. Para muridnya sering tampil di podium kehormatan, membawa pulang piala dan medali kebanggaan. Keberhasilan mereka bukan hanya hasil kerja keras individu, tapi juga bukti nyata dari sistem latihan dan bimbingan yang diterapkan dengan penuh dedikasi oleh para pelatih.

Kini, meskipun zaman telah berubah dan banyak dojo baru bermunculan, kenangan tentang Dojo Naga Hitam tetap hidup dalam hati para senior dan alumni GOKASI Babel. Dojo ini menjadi bagian penting dari perjalanan panjang karate di Bangka Belitung.

Saat ini, dojo penerusnya masih terus aktif berlatih dan berkiprah di Desa Kace, dengan pusat kegiatan kini berada di Dojo Naga Rimba SDN 20 Desa Kace. Nama dan semangat “Naga” tetap dijaga, menjadi simbol kekuatan dan kesinambungan antara generasi lama dan generasi baru.

Dojo Naga Hitam telah melahirkan banyak karateka yang kemudian menjadi pelatih, atlet, dan tokoh masyarakat. Nilai-nilai yang diajarkan di sana, disiplin, hormat, kerja keras, dan kejujuran, terus mengalir dalam kehidupan mereka sehari-hari. Itulah warisan terbesar dari dojo yang kini disebut sebagai dojo tempoe doeloe ini.

Bagi GOKASI Babel, kisah Dojo Naga Hitam bukan sekadar nostalgia, melainkan pengingat akan perjuangan dan semangat para pendiri yang tanpa pamrih menebarkan ilmu karate ke pelosok negeri. Dari desa kecil di pinggiran Bangka inilah, semangat karate tumbuh, berakar, dan menyebar luas hingga kini.

Sebagaimana pesan yang sering disampaikan oleh Shihan Rachmat, “Karate bukan hanya soal pukulan dan tendangan, tapi tentang bagaimana kita membentuk hati dan jiwa untuk menjadi manusia yang lebih baik.” Pesan itulah yang terus dijaga oleh para penerus GOKASI Babel hingga saat ini.

Demikianlah sekelumit kisah Dojo Naga Hitam SDN 399 Desa Kace, dojo yang pernah berjaya dan menorehkan tinta emas dalam sejarah karate di Bangka Belitung. Dojo ini adalah saksi bisu semangat para pejuang karate yang telah mengabdikan diri untuk mengharumkan nama GOKASI Babel di dunia bela diri Indonesia.

Sumber foto: Senpai Arpan Pradana

Penulis: Humas GOKASI Babel


Salam Karate, Oss.

GOKASI BABEL NEWS, Mengabadikan Semangat dan Sejarah Karate di Bumi Serumpun Sebalai.


Post a Comment

0 Comments